Kamis, 23 September 2010

SEKAPUR SIRIH


Salam sejahtera,


Blog Ilmu kasunyatan jawi ini adalah merupakan cipta karya dari Ki Ageng Sri Widadi yang merupakan petunjuk bagi kita semua untuk melestarikan berbagai ilmu peningggalan para moyang di pulau jawa. Inti sari ajaran yang akan saya uraikan dalam blog ini adalah ilmu pengetahuan tentang pengisi kehidupan dan

pengetahuan setelah menjalani kehidupan. Ilmu-ilmu tersebut sebenarnya sudah ada sejak zaman purbakala dan timbulnya bersamaan dengan lahirnya aksara jata ( huruf jawa ) yang diperkirakan sekitar tahun +911 SM dan sudah menjadi adat religi nusantara, bahkan sebelum datangnya Hindu, Islam, Konghucu serta nasrani ke Indonesia.


Oleh sebab itu, kita sebagai orang jawa kususnya dan warga Indonesia umumnya tidak perlu ragu lagi mempelajari dan melestarikan ilmu pengetahuan Kasunyatan Jawi ini. Sebenarnya ilmu Kasunyatan Jawi ini sudah diuraikan dalam bentuk buku yang ditulis oleh Tuntunan Agung Kasunyatan Jawi Bapak Ki Ageng Sri Widadi, namun untuk mempermudah dan menjangkau semua lapisan masyarakat seluruh Indonesia, perkenankan saya menulisnya dalam blog ini.

Para pembaca yang budiman, sebelum kita bersama sama mempelajari tentang

ilmu KAsunyatan Jawi,sayapersilakan secara bersama-sama dengan para leluhur kita yang terdiri dari :

Saudara yang berjumlah empat, yaitu :

1. Sukma

2. Jiwa

3. Raga

4. Jagad raya

Kemudia saudara lima pancer, yaitu :

1. Tanah (paing) 9

2. Air (pon) 4

3. Api ( wage) 7

4. Angin (kliwon) 8

5. Matahari (legi) 5

Yang kesemuanya sebelumnya telah hidup menjadi satu didalam rahim ibu, mari kita semua menghadap kepada kekuasaanNya, meminta izinNya agar kita semua dibisakan mempelajari ilmu KAsunyatan Jawi.

Para lelluhur dalam kehidupan dibumi ini telah banyak memberikan contoh teladan. Keadaan kehidupan yang sangat kompleks ini yang menjadi sebab kita harus melihat secara luas/bijak. Sudah banyak kitab suci dan ajaranNya dipelajari oleh manusia. Tetapi ilmu kasunyatan jawi ini terselip belum sempat dipelajari/dijumpai. Oleh sebab itu melalui media ini saya tulis dan saya sajikan supaya bias menjadi pelengkap pembelajaran dan sekaligus menjaga adat dan kebudayaan Jawa. Jawa disini saya artikan sebagai “ mbeneh” ( tatakrama/budi pekerti jawa) jadi bukan berarti suku jawa.

Sudah tiba saatnya kita harus mempelajari ilmu pengetahuan tentang Jawa yang sudah lama terselip. Mengapa budaya kita sendiri tidak bias menjadi tuan rumah di negeri sendiri? Tetapi menjadikan ajaran lain menguasai dan merusak adat budaya kita. Ini artinya : “ tamu mengatur tuan rumah”, yang sama artinya dengan menjajah. Kebudayaan dan adat kita sudah benar-benar dijajah, inilah yang menjadi beban dihati para pelaku adat.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mewujudkan kembali ilmu Kasunyatan Jawa dengan sungguh-sungguh agar kebudayaan kita bias menjadi tuan rumah di negeri kita tercita sendiri. Ingat, kita sudah mempunyai modal sendiri, yaitu wahyu Yang Maha Kuasa berupa huruf jawa yang jumlahnya 20 yang ada pada ke 20 jari kita, terwujud dalam penanggalan jawa asli, gamelan (hanya ada dua di bumi ini) .

Jamus-jamus kalimasada dan lain-lain , banyak yang akan saya utarakan. Bila para pemimpin berkenan member contoh, saya kira akan cepat terwujud. Semoga Sang Maha Pencipta Jagad mengabulkan. Terimakasih.


YANG MAHA ESA DENGAN SELURUH TITAH CIPTAANNYA


Keadaan yang terjadi sampai saat ini semua adalah utusan Yang Maha Esa, baik yang kasat mata ataupun yang tidak kasat mata. Ada dua titah ciptaan Yang Maha Esa, yaitu :


1. TITAH UTAMA (PRIMER), yaitu titah yang tidak bias mati (danyang) yang merupakan para titah halus


Sebelum Yang Maha Esa menciptakan semua yang ada, Beliau tidak mempunyai karyawan dan juga belum memiliki bahan-bahannya. Kemudia Yang Maha Esa menciptakan titah utama(primer) yang berupa titah halus dari tanah, air, api, udara dan matahari. Titah halus dari tanah menjalankan pekerjaannya membuat tanah dan berkewajiban menjaganya sampai kini, begitu pula para titah halus yang lain juga menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing.


Setelah titah utama yang berupa Tanah, air,api, angin dan Matahari dan seluruh penghuninya sudah siap, maka barulah Yang Maha Esa menciptakan titah sekunder (pelengkap/tambahan).


2. TITAH SEKUNDER ( PELENGKAP/TAMBAHAN).Yaitu titah yang sudah lebih sempurna yang mempunya cirri-ciri serba lima yaitu :

a. Manusia di dunia ini dicipta dengan lima warna kulit yaitu : Putih, Kuning, Coklat, Merah dan Hitam yang kesemuanya tersebar di lima benua. Selain itu manusia dilengkapi dengan panca indra.

b. Manusi memiliki lima indra yaitu : Pelihat, pendengar, penciuman, perasa da peraba. Karena lima alat indera tersebut belum cukup, selanjutnya ditambah lima jari.

c. Lima jari, yang diberikan ditangan dan kaki manusia. Semua itu sudah cukup, namun masih belum menjadi laki-laki dan perempuan. Sebab disana tidak ada hukumnya hidup seperti dibumi, lalu diturunkan ke bumi dibagi dalam lima benua.

d. Lima benua, manusia diturunkan di lima benua di dunia ini. Yan berkulit putih bertempat di bnua eropa, berkulit kuning di benua asia, berkulit coklat dibenua Australia, merah di amerika dan hitam di afrika. Berhubung di bumi ini ada dua kutub yaitu utara dan selatan, (positif dan negative), semua benih yang turun ke bumi lalu pecah menjadi dua. Akibat pengaruh medan magnet bumi, yang kuat ditarik kutub selatan akan menjadi lelaki (-) dan yang kuat ditarik ke kutub utara akan menjadi perempuan (+). Lelaki dan perempuan dijadikan benih, dan tiap benua benihnya berbeda-beda, yang tentunya Sang Maha Pencipta maha adil dalam membagi keadaan.

e. Lima Nama Hari, dipulau jawa terdapat lima nama hari (panca wara) yaitu : Pahing, Pon, Wage, Kliwon dan Legi. Yang mana nama-nama hari tersebut diambil dari petunjuk para pancer : Tanah ialah Pahing, Air ialah Pon, Api ialah Wage, Angin ialah Kliwon dan Matahari ialah Legi.


Kecuali yang disebut diatas kita juga diberi lima macam ilmu pengetahuan yaitu : Japa, Mantra, Guna, Srana dan Sabda. Jika diumpamakan dengan sekolah dijaman sekarang hamper sama dengan SD, SMP, SLTA, PT. Berbeda tingkat sekolahnya berbeda pula kemampuannya.

Japa : Memohon kepada Sang Maha Pencipta

Mantra : Bacaanyang kita tujukan kepa Sang Maha Pencipta

Guna    : Kemampuan yang melahirkan kesaktian

Sarana  : Kepandaian yang melahirkan kesaktian

Sabda  : Kepandaian yang melahirkan kesempurnaan.




TATANAN MENYEMBAH KEPADA

YANG MAHA ESA DALAM KASUNYATAN JAWA


Dalam menyembah Yang Maha Esa janganlah sampai kelewatan, sebab Yang Maha Pencipta tidak menghendaki disembah dengan cara berlebihan. Yang Maha Esa itu maha bersahaja, dalam hal menyembah kepadaNYa haruslah terlihat sangat sederhana, Yang Maha Esa tidak memberikan perintah yang memberatkan , sepertinya Yang Maha Esa sudah siap merugi ketika memberikan kehidupan kepada kita. Hal yang jangan kita lupakan ketika kita hendak menyembahNya adalah mengajak empat saudara dan kelima pancer untuk bersama-sama memohon menghadap kepada kekuasaan Sang Maha Pencipta Jagad.


1. TATANAN MENYEMBAH

- Dengan kesungguhan dan rendah hati kepada Yang Maha Sopan.

- Pakaian tidak menjadi masalah yang penting bersih, rapi dan sopan, kecuali dalam upacara yang mengenakan seragam maka kita harus taat pada perintah.

- Suasana hening, baik tata lahir maupun batin.

- Meminta kepada empat Saudara dan Lima Pancer menyatu dalam guo garba ( sejiwa, bersatu padu dalam rasa).

- Sikap menyembah,menghadap kemana saja, lebih utama kearah timur mengkuti rotasi bumi.Wajah menempel ke tanah/lantai/rerumputan tanpa alas apapun untuk tidak mengurangi rasa hormat kita kepa Sang Maha Pencipta.

- Utamakan sebelum tidur malam karena waktu tidur kita harus berserah diri dan tidak tahu apa-apa, namun jika keadaan mencukupi waktu lainpun juga tidak masalah.

- Pada saat menyembah tidak boleh meminta apapun kepada Sang Maha Pencipta Jagad, meminta bias sewaktu-waktu, jangan sampai bersamaan dengan menyembah. Sedikit waktu untuk menyembah jangan sampai dicampuri atau diganggu oleh permintaan kita.

- Sebisa-bisanya kita haturkan rasa hormat kepada BELIAU, buang segala perasaan baik ataupun buruk, rasa bingung, senang, dan jengkel, yang ada hanyalah rasa segar, terang tanpa beban apapun.


2. ARAH MENYEMBAH

Arah menyembah kepada Sang Maha Pencip tidaklah dibatasi, dimana saja anda berada jika masih ada kehidupan disitu pasti ada Sang Maha Pencipta, jadi anda tidak perlu ragu-ragu menghadap menyembahNYA, dalam keadaan apapun Sang Maha Pencipta harus kita ingat didalam hati, karena dimanapun kita berada Sang Maha Pencipta akan selalu membimbing kita, yang penting selalu mendekat diri kepadaNya. Banyak titah yang memohon kepadaNya, tapi keliru tatakramanya malah jadi memerintah Sang Maha Pencipta.


3. TATA CARA MENYEMBAH

Berdiri menghadap ketimur, kedua telapak tangan menempel diperut dibawah pusar, kemudian nafas dilonggarkan terlbih dahulu. Tarik nafas debanyak limakali dan yang terakhir dikeluarkan lalu ditahan sekuatnya sambil membaca didalam hati, adapun bacaannya :

KE EMPAR SAUDARAKU, SUKMA SEMUANYA, JIWA SEMUANYA, RAGA SEMUANYA DAN JAGAD SEISINYA. KELIMA PANCER TANAH, AIR, API, ANGIN DAN MATAHARI SEISINYA MENYATU DALAM GUA GARBA, MARI BERSAMA-SAMA MENGHADAP SANG PENCIPTA JAGAD.

Lalu menyembah dan membaca saja didalam hati sbb :

GUSTI SANG PENCIPTA JAGAD, BERSAMA-SAMA SUKMA,JIWA,RAGA DAN JAGAD SEISINYA SAYA BERSERAH DIRI.

Sesudah menyembah, duduk bersila kedua telapak tangan disatukan didepan hidung. Tanpa membaca apapun kecuali hanya bersungguh-sungguh menghadap Sang maha Pencipta sambil berolah nafas secukupnya.


Pada saat menyembah tidak perlu seperti orang yang pamer kebaikan, tapi sepantasnya saja. Jangan menyembah seperti orang yang mabuk, sungguh mabuk itu bukan Cuma karena miras saja, melainkan apapun yang ada dijagad ini bias membikin orang mabuk termasuk menyembak kepadaNya. Sebenarnya Sang Maha Agung tidak memerlukan disembah dengan penghormatan yang berlebihan.


Jadi saya harapkan seadanya saja jika hendak menyembahNya, sekali lagi jangan meminta apapun pada saat menyembah, nanti sesudahnya silakan. Betapa indahnya jagad ini apabila para titah sudah menyembah berbarengan dengan Tanah, air, api, udara dan matahari. Betapa bangganya Sang Maha Pencipta melihat semua titahNya bersatu padu, tidak pada sombong, Bik Yng kasat mata maupun yang tidak kasat mata.


Beribu-ribu terimaksih saya kepada semua titah semoga bacaan ini dapat dibaca sewaktu-waktu tetapi tetap didalam hati saja. Apabila hendak bepergian atau akan makan bias dibaca. Bacaan hanya satu saja sudah cukup untuk apa saja. Jika memohon terlalu banyak jadinya bukan menyembah tapi mendikte Sang Maha Pencipta yang berarti itu tidak sopan.